• Home
  • About Us
    • FAQs
  • Academics
    • Kindergarten
    • Elementary
    • Junior High
    • Curriculum & Assessment
  • School Calendar
  • Blog
  • Contact
    • Apply Now
021 2274 6300
[email protected]
Millennia World School
  • Home
  • About Us
    • FAQs
  • Academics
    • Kindergarten
    • Elementary
    • Junior High
    • Curriculum & Assessment
  • School Calendar
  • Blog
  • Contact
    • Apply Now

Blog

  • Home
  • Blog
  • Blog
  • Setelah surat cinta saya untuk mas menteri Nadiem Makarim

Setelah surat cinta saya untuk mas menteri Nadiem Makarim

  • Categories Blog, Uncategorized
  • Date August 30, 2021

SETELAH SURAT CINTA SAYA UNTUK MAS MENTERI NADIEM MAKARIM
Oleh: Haidar Bagir

Sejak surat cinta yang saya kirim buat Mas Nadiem Makarim menjadi viral, saya ditanya banyak orang, apakah surat saya itu ditanggapi? Pertanyaan datang lewat WAG, twitter, bahkan juga dari beberapa media. Maka, baiklah saya sampaikan di sini: bukan saja surat saya ditanggapi dengan baik, tapi – lebih dari ekspektasi saya – segera saja Kemendikbud mengatur pertemuan saya dengan Mas Nadiem Makarim.

Bahkan sehari setelah surat saya itu viral, saya dihubungi Mas Nino (Anindito Aditomo), Kepala Litbang dan Puskurbuk Kemendikbudristek, untuk diajak ngobrol. Dua jam saya bicara empat mata dengan Mas Nino sehari setelah itu. Mas Nino adalah seorang pejabat muda eselon satu yg cerdas, berwawasan luas, serta berpengalaman internasional, sekaligus rendah hati. Dengan sabar Mas Nino mendengarkan saran-saran saya, sambil sesekali menjelaskan posisi Kemendikbudristek terkait beberapa hal yang saya sampaikan di surat saya tersebut. (Bahkan salah satu saran saya, agar Kemendikbud juga menggerakkan proses belajar-mengajar berbasis komunitas RT-RW di masa pandemi ini, disambutnya dg baik. Belakangan saya tahu bahwa saran saya itu dibawa ke dalam salah satu rapat di Kemendikbudristek).

Maka, di suatu pagi saya pun bertemu dengan Mas Nadiem Makarim lewat zoom. Satu setengah jam penuh. Mas Nadiem hadir bersama pimpinan-pimpinan Kemendikbud. Ada Mas Nino juga, dan beberapa yang lain. Semua orang-orang muda. Dan semua bersikap ramah. Yang istimewa, Mas Nadiem juga tampil tak kalah ramah. Sedemikian, sehingga di tengah percakapan kami – dan gaya saya yang menggebu-gebu itu😊 – beliau merasa perlu mengatakan secara eksplisit bahwa beliau mendengarkan dengan penuh perhatian saran-saran saya, bahkan mencatatnya. Kekhawatiran saya bahwa Mas Nadiem akan defensif tak terbukti. Tentu di sana-sini beliau juga berusaha menjelaskan posisinya, dan posisi Kemendikbudristek dalam banyak hal. Tapi kami sama sekali tak berdebat, apalagi bersitegang urat leher, padahal saya menyampaikan apa yang sampaikan secara sepenuhnya straightforward dan apa adanya.

Mungkin juga karena sejak awal sudah saya tegaskan – seperti saya tegaskan di awal surat saya itu – bahwa persoalan saya bukanlah dengan program-program Merdeka Belajar. Saya nyaris setuju sepenuhnya dengan program-program tersebut. Bahkan, di surat saya itu, saya katakan bahwa program- program itu brilian. Sebaliknya dari hendak mempersoalkan atau menyudutkan program-program itu, saya justru sampaikan bahwa saran-saran saya itu adalah untuk memastikan bahwa program-program itu mendapatkan penerimaan dan a sense of ownership yang baik di masyarakat. Dan bukan malah mendapatkan resistensi atau bahkan pembangkangan, seperti tampak tanda-tandanya di masyarakat selama ini.

Maka, saya sampaikanlah concern saya soal gaya kepemimpinan dan gaya manajemen Mas Nadiem. Praktis hanya mengulangi apa yang saya tulis di surat tersebut. Saya hanya menambahkan beberapa diksi baru saja dalam diskusi tersebut. Bahwa di negeri sedang berkembang sebesar, sepadat, dan seberagam Indonesia ini, saya skeptis terhadap pendekatan yang terlalu teknokratis. Tak mungkin seseorang yang menempati posisi politis setinggi kementrian, menurut saya, bisa sukses dengan memelihara cara kerja yang “surgical” – yang bebas dari kebisingan tarik-menarik politik dan keribetan menciptakan konsensus, yang bahkan tak jarang ditingkahi kesalahpahaman, vested interest, dan intrik-intrik. Bukankah politik memang adalah the art of the (im)-possible?

Tak lepas dari soal gaya kepemimpinan dan manajemen tersebut, saya menekankan kembali soal perlunya ada upaya terpimpin dan terorkestrasi oleh semua elemen bangsa, mulai dari Presiden dan Menteri, sampai di level grassroot, untuk mengatasi ancaman learning loss yang amat mengerikan itu.

Maka Mas Nadiem, pertama, menyampaikan betapa sesungguhnya beliau sudah berupaya membuka diri dan reach out kepada sebanyak mungkin elemen masyarakat, termasuk menyambangi berbagai wilayah di Indonesia. Meski, beliau juga kadang merasa heran kenapa semua orang ingin bertemu langsung dengan beliau padahal beliau sudah memiliki pembantu-pembantu yang cakap dan beliau percaya untuk dapat mewakili beliau dalam berdiskusi dan menampung saran-saran? Saya, yang juga sudah puluhan tahun memimpin perusahaan, dapat menduga betapa Mas Nadiem berharap bahwa beliau tak harus menghabiskan waktu menemui semua orang agar cukup waktu mengerjakan banyak pekerjaan lain yang tak bisa beliau wakilkan dan harus beliau kerjakan sendiri.- sebagaimana lazimnya sesorang pimpinan perusahaan mengelola waktu dan anak buahnya.

Tapi, meski saya amat memahami jalan pikiran Mas Nadiem ini, di sinilah salah satu beda besar antara memimpin suatu posisi politik dan memimpin perusahaan. Apa boleh buat. Meski kecakapan dan reliability adalah ihwal amat penting, tapi orang tetap melihat bahwa political will sang Menteri adalah yang paling menentukan. Mas Nadiem Makarim pun menegaskan betapa beliau memiliki keperihatinan yang sama besar terkait persoalan learning loss ini hingga ngotot agar sekolah bisa secepatnya dibuka kembali – tentu dengan upaya-upaya ketat pencegahan penularan Covid-19. Beliau juga menyampaikan bahwa sebetulnya ada tak kurang dari 30 persen sekolah di Indonesia yang sudah mengujicoba PTM (pertemuan tatap muka). Wajah Mas Nadiem pun agak sedikit masygul ketika menyampaikan betapa tdak nyamannya beliau ketika ada orang menyangka bahwa beliau tak terlalu peduli dengan nasib anak-anak dari keluarga tak mampu yang hidup di berbagai wilayah negeri ini. Beliau pun menyampaikan beberapa hal yang menarik lainnya. Bukan saja soal bagaimana program-program yang terkait 10 episode Merdeka Belajar yang dicanangkan – termasuk program sekolah dan guru penggerak, pelonggaran tata alokasi dana BOS, bahkan pembelian laptop untuk mahasiswa – dirancang untuk mentransformasi dan menghasilkan perubahan mendasar terhadap sistem pendidikan di negeri kita. Tapi juga betapa Kemendikbudristek di bawah beliau telah menciptakan tak sedikit musuh karena telah mengupayakan pembersihan Kemendikbudristek dari KKN dan mafia atau makelar proyek.

Hingga setelah tak kurang daru satu setengah jam, pertemuan seru antara saya dan Mas Nadiem Makarim ini pun berakhir. Tapi Mas Menteri tak urung berpesan agar saya bersedia untuk tetap berkomunikasi dengan dan memberikan saran-saran bagi tim Kemendikbudristek di masa-masa yang akan datang. Secara spesifik beliau juga ingin saya bicara dengan guru-guru penggerak di berbagai wilayah negeri, bahkan dengan beberpa pimpinan Pemda di level Bupati yang beliau pandang progresif. Saya tentu menyanggupi. Hingga beberapa hari setelah itu, ditemani Pak Iwan Syahril, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek – lagi-lagi seorang anak muda yang banyak berpengalaman di dunia pendidikan, cerdas, berwawasan luas, dan ramah pula – saya pun dipertemukan dengan beberpa guru penggerak, yang telah sembilan bulan dilatih untuk menjadi agent of change di wilayah mereka masing-masing. Pertemuan dengan guru-guru penggerak ini hanya menguatkan harapan saya akan masa depan pendidikan Indonesia yang sangat cerah. Seperti ratusan guru yang pernah saya temui saat dulu-dulu saya masih aktif melakukan training, pada setiap guru ini saya lihat tersimpan hasrat (passion) yang bergelora, untuk terus belajar demi meningkatkan kemampuan mereka memberikan sumbangan bagi anak-anak Indonesia di seluruh pelosok negeri. Saya bahkan seperti merasakan adanya cinta yang berkobar di dada mereka. Cinta pada negeri, cinta pada pekerjaan sebagai pendidik, dan cinta pada anak-anak Indonesia.

Dua jam tak terasa berlalu, penuh semangat, gairah, luapan cinta, dan haru.

……

Saya hanya seorang warga biasa negeri ini. Yang telah menikmati privilese dapat bersekolah sampai jenjang tertinggi. Di dalam dan di luar negeri. Yang kebetulan sudah sejak lama tercebur ke dalam kancah kegiatan pendidikan anak bangsa. Tak ada keraguan sedikit pun pada diri saya, bahwa pendidikanlah satu-satunya jalan untuk menyejahterakan warga negeri ini, meningkatkan kualitas kemanusiaan mereka, dan meningkatkan kemampuan bangsa ini untuk bangkit mengejar ketertinggalannya.

Saya sama sekali tak pernah merasa lebih pintar dari siapa pun, tidak dari orang-orang di Kemendikbudristek, lebih-lebih lagi tidak dari para tokoh dan aktivis pendidikan negeri ini. Tidak sama sekali. Saya hanya merasakan dorongan untuk berkontribusi – sekecil apa pun – bagi upaya kemanusiaan raksasa ini. Kalau pun hanya segayung air yang bisa saya tambahkan kepada samudera, setidaknya samudera itu telah menjadi sedikit lebih luas karena air segayung yang saya tambahkan itu. Mudah-mudahan komunikasi saya dengan Mas Nadiem dan pimpinan Kemendikbudristek, terlebih dengan para guru penggerak itu, dapat memberikan manfaat – sesedikit apa pun- ke arah ini.

Terima kasih, Mas Nadiem; terima kasih para pimpinan Kemendikbudristek; dan terima kasih para guru dan pendidik di seantero negeri. Mari kita terus bahu-membahu menangani pekerjaan besar ini. Mari kita hilangkan alangan yang melintang di jalan kerja sama di antara kita semua.

Dan kepada Mas Nadiem Makarim, kami terus menunggu Anda untuk senantiasa menyapa dan mengajak kami, mendengarkan keluhan-keluhan dan saran-saran kami, dengan penuh ketelatenan dan kesabaran, karena pada akhirnya kita semua adalah pemilik negeri ini. Kita semua, tak terkecuali. Juga karena keberhasilan kita ditentukan oleh ketulusan dan kerja sama semua elemen bangsa dalam bersinergi. Kita semua, tak terkecuali. Bukan saja semua warga bangsa punya hak untuk ikut berpartisipasi dalam hal apa saja yang berlangsung di negerinya; lebih dari itu, kita semua juga ingin memberikan saham dalam mengangkat negeri dan bangsa ini sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia, serta dalam ia ikut serta menyejahterakan bumi manusia ini, dan kehidupan di dalamnya. Bagi bangsa dan rakyat Indonesia, dan bagi semua bangsa dan umat manusia. Karena, tak pernah tidak dalam seluruh sejarah manusia, di mana saja, bahwa “we are all in this together”.

Semoga Tuhan senantiasa menolong kita semua…

WebAdmin

Previous post

Surat Cinta untuk Mas Nadiem Makarim
August 30, 2021

Next post

Mental Health
October 11, 2021

You may also like

61b048a905ba4
Millennia World School Jadi Sekolah Pertama di Asia Tenggara yang Menerima Penghargaan Climate Action Project
1 April, 2022
1054033_720
Personalisasi Pembelajaran, Memastikan Murid Mencapai Versi Terbaiknya
21 March, 2022
Millennia World School honored with prestigious ‘Climate Action Project School of Excellence’ award
2 December, 2021

Tangerang Selatan, 8 November 2021.  Millennia World School was awarded the Climate Action Project School of Excellence. Only 250 schools globally were recognized because of their intense work on climate education in a whole-school approach. Millennia World School not only …

Search

Categories

  • Activities
  • Blog
  • Events
  • Fun
  • Games
  • Uncategorized
OUR FRAMEWORK

Our curriculum utilizes the full range of activities that are designed to enrich creative young minds. We use Finnish Waldorf Framework integrated with Indonesian National Curriculum, subjects are seamlessly integrated with each other providing nuance, context, understanding and deeper learning. Our deep and varied curriculum includes age-appropriate, rigorous academic work, as well as rich artistic experiences that combine to make learning an adventure, not a chore.

CONTACT US
  • Jl. Merpati Raya No.103, Sawah Lama, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten 15413
  • 021 2274 6300
  • 0821 1150 7100
  • [email protected]
  • [email protected]
    (For Applications)
Instagram Facebook Twitter Youtube
Millennia World School Long Logo
Millennia World School Building

© Copyright 2021 by Millennia World School

We use cookies on our website to give you the most relevant experience by remembering your preferences and repeat visits. By clicking “Accept”, you consent to the use of ALL the cookies.
Do not sell my personal information.
Cookie SettingsAccept
Manage consent

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may affect your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. These cookies ensure basic functionalities and security features of the website, anonymously.
CookieDurationDescription
cookielawinfo-checkbox-analytics11 monthsThis cookie is set by GDPR Cookie Consent plugin. The cookie is used to store the user consent for the cookies in the category "Analytics".
cookielawinfo-checkbox-functional11 monthsThe cookie is set by GDPR cookie consent to record the user consent for the cookies in the category "Functional".
cookielawinfo-checkbox-necessary11 monthsThis cookie is set by GDPR Cookie Consent plugin. The cookies is used to store the user consent for the cookies in the category "Necessary".
cookielawinfo-checkbox-others11 monthsThis cookie is set by GDPR Cookie Consent plugin. The cookie is used to store the user consent for the cookies in the category "Other.
cookielawinfo-checkbox-performance11 monthsThis cookie is set by GDPR Cookie Consent plugin. The cookie is used to store the user consent for the cookies in the category "Performance".
viewed_cookie_policy11 monthsThe cookie is set by the GDPR Cookie Consent plugin and is used to store whether or not user has consented to the use of cookies. It does not store any personal data.
Functional
Functional cookies help to perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collect feedbacks, and other third-party features.
Performance
Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.
Analytics
Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.
Advertisement
Advertisement cookies are used to provide visitors with relevant ads and marketing campaigns. These cookies track visitors across websites and collect information to provide customized ads.
Others
Other uncategorized cookies are those that are being analyzed and have not been classified into a category as yet.
SAVE & ACCEPT